PERKEMBANGAN SOSIOLOGI DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang manusia akan memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun orang tersebut kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin menabung dan ada pula yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal menyakitkan hati. Manusia juga saling berhubungan satu sama lainnya dengan melakukan interaksi dan membuat kelompok dalam masyarakat.

Perkembangan masyarakat pada abad 20 ini tidak dapat lepas dari berbagai macam pengaruh masuknya tata nilai budaya yang baru. Perubahan struktur masyarakat menyebabkan lahirnya berbagai topik kajian sosiologi. Sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius dan logos, di mana socius memiliki arti kawan / teman dan logos berarti kata atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Dalam makalah ini akan dituliskan tentang perkembangan Sosiologi sebagai ilmu di indonesia beserta penjelasan tokoh Sosiologi Indonesia atau Bapak Sosiologi Selo Soemardjan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :

  1. Bagaimana perkembangan Sosiologi secara umum?
  2. Bagaimana perkembangan Sosiologi di Indonesia?
  3. Siapa sajakah tokoh Sosiologi di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Dalam makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

  1. Mengetahui perkembangan Sosiologi secara umum.
  2. Mengetahui perkembangan Sosiologi di Indonesia.
  3. Mendeskripsikan tokoh Sosiologi di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Sosiologi Secara Global

Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.

Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan oleh para sosiolog.

Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.

Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The American Journal of Sociology memulai publikasinya pada tahun 1895 dan The American Sociological Society (sekarang bernama American Sociological Association) diorganisasikan dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.

Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan masalah sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari solusinya. Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya edisi awal American Journal of Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903 berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day” tidak mengandung data faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat sosial dari hari kerja yang lebih pendek.

Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi artikel riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.

Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka mengajak agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan mengklasifikasikan data yang nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori sosial yang baik.

Bapak Pendiri Sosiologi (The Founding Fathers Of Sosiology) yang sampai kini pikirannya masih dipakai dalam teori sosiologi, yaitu Auguste Comte, Karl Marx, Max Weber, dan Emile Durkheim. Pandangan mereka telah memberi stimulan diskusi panjang tentang pelbagai persoalan terkait dgn kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan. Pandangan mereka juga digunakan dalam disiplin ilmu social lain seperti ilmu politik, ekonomi, antropologi, dan sejarah.

B. Perkembangan Sosiologi di Indonesia

Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin di Indonesia sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu pula para pujangga Indonesia. Misalnya saja Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri PAduka Mangkunegoro dari Surakarta, mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda, banyak mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama dalam bidang hubungan antar golongan (intergroup relations).

Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia, memberikan sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-konsep kepemimpinan dan kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di praktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.

Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang berkebangsaan belanda yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai perhatiannya seperti Snouck Hurgronje, C. Van Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak dll. Dalam karya mereka tampak unsur-unsur Sosiologi di dalamnya yang dikupas secara ilmiah tetapi kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non sosiologis dan tidak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi pada waktu itu dianggap sebagai Ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain Sosiologi ketika itu belum dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.

Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Perang Dunia ke dua diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta. Inipun kuliah Sosiologi masih sebagai pelengkap bagi pelajaran Ilmu Hukum. Sosiologi yang dikuliahkan sebagin besar bersifat filsafat Sosial dan Teoritis, berdasarkan hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese, Bierens de Haan, Steinmetz dan sebagainya.

Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada sekolah Tinggi Hukum tersebut malah ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung jawab menyusun daftar kuliah berpendapat bahwa pengetahuan dan bentuk susunan masyarakat beserta proses-proses yang terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM . Beliau memberika kuliah dalam bahasa Indonesai ini merupakan suatu yang baru, karena sebelum perang dunia ke dua semua perguruan tinggi diberikan da;am bahasa Belanda. Pada Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam Jurusan Pemerintahan dalam Negeri, hubungan luar negeri dan publisistik. Kemudian pendidkikan mulai di buka dengan memberikan kesempatan kepara para mahasiswa dan sarjana untuk belajar di luar negeri sejak tahun 1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia yang memperdalam pengetahuan tentang sosiologi.

Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus fisik. Buku tersebut berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody Gondokusumo, memuat tentang beberapa pengertian elementer dari Sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai Filsafat.

Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosilogi Untuk Masyarakat Indonesia yang merupakan merupakan buku pelajaran pertama yang berbahasa Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi yang modern.

Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan terjemahan buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene Maatschapppijleer dan Sociologie, bergrippen en problemen serta buku Lysen yang berjudul Individu en Maatschapppij.

Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas karya Mayor Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas anggota Pangreh Praja Belanda, yang telah mendapat pelajaran sosiologi sebelum perang dunia kedua pada universitas Leiden di Belanda. Beliau juga menulis buku berjudul Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan politik terbit pada tahun 1967. Penulis lainnya Selo Soemardjan menulis buku Social Changes in Yogyakarta pada tahun 1962. Selo Soemardjan bersama Soelaeman Soemardi, menghimpun bagian-bagian terpenting dari beberapa text book ilmu sosiologi dalam bahasa Inggris yang disertai dengan pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia dirangkum dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi terbit tahun 1964.

Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada Universitas yang mngkhususkan sosiologi dalam suatu fakultas sendiri, namun telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas Sosial dan Politik UGM, UI dan UNPAD.

Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesai belum mendapat tempat yang sewajarnya, oleh karena masyarakat masih percaya pada angka-angka yang relative mutlak, sementara sosiologi tidak akan mungkin melakukan hal-hal yang berlaku mutlak disebkan masing-masing manusia memiliki kekhususan. Apalagi masyarakat Indonesai merupakan masyarakat majemuk yang mencakup berates suku.

C. Tokoh Sosiologi di Indonesia

Banyak nama atau orang Indonesia yang menjadi ahli atau sosiolog besar dalam perkembangan sosiologi di Indonesi. Diantaranya adalah Prof. Dr. Selo Soemardjan, Prof Dr Paulus Wirutomo dan Arief Budiman. Berikut biografi singkat dan peran – peran tokoh tersebut dalam perkembangan sosiologi di Indonesia :

1. Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan atau Bapak Sosiologi Indonesia

Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan (lahir di Yogyakarta, 23 Mei 1915 – meninggal di Jakarta, 11 Juni 2003 pada umur 88 tahun) adalah seorang tokoh pendidikan dan pemerintahan Indonesia. Beliau juga disebut sebagai Bapak Sosiologi Indonesia.

Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan setia menjadi dosen sosiologi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI).

Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia ilmuwan yang meninggalkan banyak bekal ilmu pengetahuan. Sebetulnya ia sudah purnatugas di Universitas Indonesia (UI). Tapi, karena masih dibutuhkan, ia tetap mengajar dengan semangat tinggi. Ia memang seorang sosok berintegritas, punya komitmen sosial yang tinggi dan sulit untuk diam.

Ia orang yang tidak suka memerintah, tetapi memberi teladan. Hidupnya lurus, bersih, dan sederhana. Ia tokoh yang memerintah dengan teladan, sebagaimana diungkapkan pengusaha sukses Soedarpo Sastrosatomo. Menurut Soedarpo, integritas itu pula yang membuat mendiang Sultan Hamengku Buwono IX berpesan kepada putranya, Sultan Hamengku Buwono X agar selalu mendengarkan dan meminta nasihat kepada Selo kalau menyangkut persoalan sosial kemasyarakatan. Ia orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan bertindak.

Ia seorang dari sedikit orang yang sangat pantas menyerukan hentikan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pantas karena ia bukan tipe maling teriak maling. Ia orang orang bersih yang dengan perangkat ilmu dan keteladanannya bisa menunjukkan bahwa praktik KKN itu merusak tatanan sosial. Ia pantas menjadi teladan kaum birokrat karena etos kerjanya yang tinggi dalam mengabdi kepada masyarakat.

Selama hidupnya, Selo pernah berkarier sebagai pegawai Kesultanan/Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya, dan Kepala Sekretariat Staf Keamanan Kabinet Perdana Menteri, Kepala Biro III Sekretariat Negara merangkap Sekretaris Umum Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretaris Wakil Presiden RI Sultan Hamengku Buwono IX (1973-1978), Asisten Wakil Presiden Urusan Kesejahteraan Rakyat (1978-1983) dan staf ahli Presiden HM Soeharto.

Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959 -- seusai meraih gelar doktornya di Cornell University, AS -- mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI). Dialah pendiri sekaligus dekan pertama (10 tahun) Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang FISIP) UI. Kemudian tanggal 17 Agustus 1994, ia menerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah dan pada tanggal 30 Agustus menerima gelar ilmuwan utama sosiologi.

Pendiri FISIP UI ini, memperoleh gelar profesor dari Fakultas Ekonomi UI dan sampai akhir hayatnya justeru mengajar di Fakultas Hukum UI. Ia dibesarkan di lingkungan abdi dalem Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Kakeknya, Kanjeng Raden Tumenggung Padmonegoro, adalah pejabat tinggi di kantor Kasultanan Yogyakarta. Berkat jasa sang kakek, Soemardjan- begitu nama aslinya-mendapat pendidikan Belanda.

Nama Selo dia peroleh setelah menjadi camat di Kabupaten Kulonprogo. Ini memang cara khusus Sultan Yogyakarta membedakan nama pejabat sesuai daerahnya masing-masing. Saat menjabat camat inilah ia merasa mengawali kariernya sebagai sosiolog. "Saya adalah camat yang mengalami penjajahan Belanda, masuknya Jepang, dilanjutkan dengan zaman revolusi. Masalahnya banyak sekali," tuturnya suatu ketika sebagaimana ditulis Kompas.

Pengalamannya sebagai camat membuat Selo menjadi peneliti yang mampu menyodorkan alternatif pemecahan berbagai persoalan sosial secara jitu. Ini pula yang membedakan Selo dengan peneliti lain.

Mendiang Baharuddin Lopa dalam salah satu tulisannya di Kompas (1993) menulis, "Pak Selo menggali ilmu langsung dari kehidupan nyata. Setelah diolah, dia menyampaikan kembali kepada masyarakat untuk dimanfaatkan guna kesejahteraan bersama." Lopa menilai Selo sebagai dosen yang mampu mendorong mahasiswanya berpikir realistis dan mengerti serta menghayati apa yang diajarkannya. "Pendekatan realistis dan turun ke bawah untuk mengetahui keadaan sosial yang sesungguhnya inilah yang dicontohkan juga oleh para nabi dan kalifah," tulis Lopa.

Meski lebih dikenal sebagai guru besar, Selo jauh dari kesan orang yang suka "mengerutkan kening". Di lingkungan keluarga dan kampus, dia justru dikenal sebagai orang yang suka melucu dan kaya imajinasi, terutama untuk mengantar mahasiswanya pada istilah-istilah ilmu yang diajarkannya. "Kalau menjelaskan ilmu ekonomi mudah dimengerti karena selalu disertai contoh-contoh yang diambil dari kehidupan nyata masyarakat," kenang Baharuddin Lopa.

Dalam tulisan Lopa, Selo juga digambarkan sebagai orang yang bicaranya kocak, tetapi mudah dimengerti karena memakai bahasa rakyat. Meski kata-katanya mengandung kritikan, karena disertai humor, orang menjadi tidak tegang mendengarnya.

Menurut putra sulungnya, Hastjarjo, Selo suka main. "Setiap hari selalu memainkan tubuhnya berolahraga senam. Karena terkesan lucu, cucu-cucu menganggap bapak sedang bermain-main dengan tubuhnya," tambahnya.

Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes in Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana, dan sejumlah uang.

Pendidikan yang ditempuh oleh Selo Soemardjan adalah HIS, Yogyakarta (1921-1928), MULO, Yogyakarta (1928-1931), MOSVIA, Magelang (1931-1934), kemudian dilanjutkan di Universitas Cornell, Ithaca, New York, AS (Sarjana, 1959 Doktor, 1959)

Perjalanan karirnya meningkat setahap demi setahap sebagai berikut

- Pegawai Kesultanan/Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (1935-1949)

- Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya (1949-1950)

- Kepala Sekretariat Staf Keamanan Kabinet Perdana Menteri (1950-1956)

- Sekretaris Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (1959- 1961)

- Kepala Biro III Sekretariat Negara merangkap Sekretaris Umum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

- Sekretaris Menteri Negara Ekonomi, Keuangan, dan Industri (1966-1973)

- Sekretaris Wakil Presiden RI (1973-1978)

- Asisten Wakil Presiden Urusan Kesejahteraan Rakyat (1978- 1983)

- Staf Ahli Presiden RI (1983-sekarang)

- Guru Besar Universitas Indonesia

Karya yang dihasilkan semasa hidupnya antara lain :

- Social Changes in Yogyakarta (1962)

- Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963)

- Desentralisasi Pemerintahan

Penghargaan yang diterima antara lain

- Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah 17 Agustus 1994

- Gelar ilmuwan utama sosiologi 30 Agustus 1994

- Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002

2. Prof Dr Paulus Wirutomo sang Sosiolog Pendidikan

Prof Dr Paulus Wirutomo sosiolog dan guru besar FISIP Universitas Indonesia. Pria kelahiran Solo, 29 Mei 1949, ini menamatkan sarjana sosiologi dari Universitas Indonesia, 1976. Meraih S2 bidang Perencanaan Sosial dari University College of Swansea Wales, Inggris, 1978 dan S3 bidang Sosiologi Pendidikan dari State University of New York at Albany, USA, 1986.

Dia menjabat Ketua Departemen Sosiologi FISIP UI, 2005-2009 dan Ketua Program Magister Manajemen Pembangunan Sosial Pascasarjana UI, 1997-sekarang.

Dalam wawancara dengan Kompas di ruang kerjanya di Kampus FISIP UI Depok, beberapa hari menjelang Idul Fitri 1427 H, Prof Dr Paulus Wirutomo melihat sosial saat ini masih disalahpahami. Menurutnya, pembangunan sosial saat ini masih disalahpahami. Bagi pemerintah, pembangunan sosial hanya dianggap sebagai sektor pembangunan saja. Meskipun hal ini tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak bisa dibenarkan.

Pasalnya, kata Paulus, pengertian pembangunan sosial yang benar itu lebih dari sekadar pembangunan sektor. Dalam pembangunan sosial, harus termuat peningkatan interaksi dan hubungan sosial dalam masyarakat. Tanpa terjadi kualitas hubungan sosial dari langkah pembangunan sosial yang diambil, sulit mengatakan adanya pembangunan sosial.

Menurutnya, bukan hanya pemerintah, tetapi sebagian besar kita masih memahami pembangunan sosial itu sekadar charity yang tidak menghasilkan uang. "Mengikuti logika pembangunan sosial sebagai sektor, maka pembangunan sosial ini membutuhkan masukan berupa penyediaan anggaran, perlu pembiayaan. Dan mengikuti pemahaman pembangunan sosial sebagai charity, maka pembangunan sosial itu dianggap sebagai sebuah langkah yang tidak menghasilkan apa pun. Atau paling tidak output-nya dinyatakan tidak menghasilkan uang," jelasnya.

Bahkan, menurut ahli sosiologi pendidikan itu, pendidikan, sama halnya dengan kesehatan dan agama yang juga dianggap pembangunan sosial, terkadang dianggap sebagai anggaran yang habis terpakai tanpa menghasilkan uang. Padahal, ujarnya, pembangunan pendidikan itu akan menghasilkan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang meningkat inilah yang nantinya diharapkan akan menjadi pendorong terjadinya peningkatan kualitas hubungan sosial.

Ditanya tentang adakah usaha yang sudah dilakukan untuk memberikan pemahaman yang betul? Paulus mengatakan bahwa Departemen Sosiologi UI sudah lebih dari 10 tahun terakhir sebenarnya sudah memberikan pemahaman yang betul, melalui pembukaan program manajemen pembangunan sosial. Bahkan, menurutnya, sebenarnya Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adyaksa Dault dan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Suryadharma Ali merupakan sebagian kecil dari orang Indonesia yang pernah mendapatkan pendidikan manajemen pembangunan sosial di pascasarjana UI.

"Dulu kita membuka program manajemen pembangunan sosial ini karena kita di UI merasakan kok Sosiologi sebagai ilmu enggak punya sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Kami membuat program lanjutan S2, terutama pada pekerja sosial, pembangunan sosial, LSM, dan Bappeda. Ketika itu, kami melihat tenaga Bappeda yang ada, SDM-nya seadanya. Ada yang diambil dengan latar belakang ekonomi, hukum, pertanian, ataupun pakar teknik. Mestinya orang sosial budaya yang punya ilmu untuk pembangunan sosial bisa menyumbangkan pengetahuannya. Dengan membuka program manajemen pembangunan sosial ini diharapkan akan lahir kader manusia Indonesia yang memahami pembangunan sosial dan punya sumbangan besar bagi pembangunan bangsa," jelasnya.

Hasilnya? "Sesudah 10 tahun, kok hasilnya masih kurang dirasakan. Saya berpikir, persoalannya terletak pada inti pembangunan sosial yang ternyata memang belum bisa ditangkap secara baik oleh masyarakat dan terutama oleh pemerintah. Sekali lagi saya tegaskan, inti dari adanya pembangunan sosial adalah kualitas interaksi sosial, dan kualitas hubungan sosial di masyarakat. Interaksi sosial itu sifatnya lebih kasat mata. Misalnya orang berkonflik dengan saling lempar batu, tetapi ada yang lebih mendalam dari interaksi sosial, misalnya hubungan itu antara buruh dan majikan, guru dan murid, rakyat dan pemerintah. Yang menyangkut hubungan kekuasaan, bagaimana kekuasaan yang Anda punya dan yang saya punya, bagaimana kekuasaan yang senjang bisa menghasilkan eksploitasi. Ini yang disebut hubungan sosial," jels Paulus.

Paulus sangat risau dengan perjalanan bangsa yang kualitas hubungan sosialnya sepertinya hanya jalan di tempat. Menurut Paulus, banyak bibit kreatif sumber daya manusia yang telah dimatikan oleh kebijakan nasional yang tidak berpihak pada usaha kreatif. Padahal, usaha kreatif ini mampu memberikan sumbangan yang sangat besar bagi kemajuan bangsa.

Dia memisalkan: Si A baru lulus kuliah dari teknik industri dan berhasil memproduksi ataupun menciptakan alat pertanian, katakanlah pacul. Persoalan pertama yang dihadapi si A, dia tidak punya dana untuk memproduksi ciptaannya. Sistem perbankan yang ada tidak memungkin-kannya meminjam dari bank karena tidak punya jaminan. Solusi yang mungkin si A lakukan jika tetap ingin memproduksi idenya adalah meminjam uang dari saudara, kenalan, atau dari rentenir. Katakanlah dia berhasil mendapatkan pinjaman dana, lantas dia memulai produksi pacul ciptaannya. Apa yang terjadi kemudian, pemerintah mengimpor pacul dalam jumlah banyak dan dijual dengan harga lebih murah dari harga jual buatan si A. Jelas produksi si A tidak laku, kalah bersaing, dan akhirnya terpaksa menutup usaha produksinya yang menjadi produk kreatif anak bangsa. Karena tutup usaha pada saat belum berkembang, si A meninggalkan utang, hidupnya terbelit utang. Cita-citanya pupus dan tidak banyak yang bisa dilakukannya.

Dia berharap pemerintah sebagai pengambil kebijakan memberikan dukungan pada usaha-usaha anak bangsa yang kreatif untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. "Persoalan ini tidak sulit kalau memang pemerintah mau dan punya keberpihakan pada usaha kreatif. Inilah yang harus dilakukan sekarang, yaitu membuat kebijakan nasional yang berpihak pada usaha kreatif. Tanpa ini, saya kira, bangsa ini akan tetap seperti sekarang, kualitas hubungan sosialnya tidak meningkat," katanya.

3. Arief Budiman Sosiolog Lokal yang Melangkah ke Dunia Internasional

Doktor sosiologi yang terlahir dengan nama Soe Hok Djin ini meninggalkan status sebagai dosen di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, Jawa Tengah, pasca kerusuhan Mei 1998. Kemudian bersama istri Leila Ch. Budiman bermukim dan mengajar di Universitas Melbourne, Australia. Dia agaknya belum mau menghentikan sedikitpun suara kritisnya. Sejak masih muda lelaki keturunan Tionghoa ini sudah berani mengkritisi kebijakan Presiden Soekarno bahkan turut turun ke jalanan berdemosntrasi bersama mahasiswa menumbangkan Orde Lama.

Dia adalah kakak kandung Soe Hok Gie yang meninggal dunia sebagai tokoh pergerakan mahasiswa. Kendati turut menumbangkan Orde Lama namun justru di masa Soeharto sepak terjang dan sikap kritisnya semakin menjadi-jadi terlebih setelah berstatus dosen Program Studi Pembangunan di UKSW, Salatiga. Pemerintahan yang diwariskan kepada B.J. Habibie pun tak luput dari kekritisannya yang dia sebut tak lebih sebagai perpanjangan Orde Baru.

Bahkan hingga pemerintahan sudah jatuh ke tangan koleganya Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, suara kritisnya tetap nyaring terdengar. Media massa pada suatu masa pernah ramai memuat kritiknya kepada Gus Dur ketika menjelang di ujung tanduk kekuasaan. Arief ketika itu menyarankan sebagai upaya untuk bisa bertahan Gus Dur jangan lebih banyak membuat musuh melainkan harus berkoalisi.

Akhirnya dia merelakan diri dihujani kritik bahkan makian tatkala kritik pedas terbarunya disampaikan tentang kepemimpinan Presiden Megawati Soekarno Putri dan PDI Perjuangan yang dianggapnya sebagai partai yang rusak dan kacau. Banyak simpatisan partai berlambang kepala banteng bulat dalam lingkaran putih itu menyebutkan pakar sosiologi lulusan Harvard University itu sebagai tidak nasionalis karena banyak bicara di luar dan mengkritik namun memilih bermukim di luar negeri.
Dia lalu menjelaskan makna dan pengertian nasionalisme sesungguhnya yang menurutnya dalam praktek sangat rentan terhadap manipulasi. Jadi tentang nasionalisme harus dilihat siapa yang menggunakan dan untuk kepentingan apa.

Namun secara teoritis kata Arief nasionalisme adalah persatuan secara kelompok dari suatu bangsa yang mempunyai sejarah yang sama, bahasa yang sama, dan pengalaman bersama. Tetapi definisi seperti itu jarang terjadi. Yang biasa terjadi adalah pemakaian pengertian nasionalisme secara spesifik sehingga rentan terhadap manipulasi. Karena nasionalisme terkadang dipakai untuk bermacam-macam hal maka pengertiannya harus pula dilihat kasus per kasus.

Mengatasnamakan nasionalisme untuk dikaitkan dengan amandemen dan penolakannya oleh sejumlah kalangan, misalnya, menurut Arief bisa relevan tetapi bisa juga tidak. Disebutkan, diartikan seakan-akan nasionalisme adalah negara kesatuan tetapi dalam negara kesatuan itu terdapat eksploitasi. Terhadap Jakarta yang mengambil terlalu banyak oleh daerah yang tidak kebagian meminta jatah dan tetap pula tidak dipedulikan yang berarti tidak ada nasionalisme di situ. Oleh mereka yang memperjuangkan nasionalisme kemudian berpendapat, “justru mungkin Republik Indonesia akan lebih dipersatukan bila menjadi negara serikat atau federal state.”

Dicontohkan, negara Australia tempatnya bermukim sekarang kuat sekali nasionalismenya sebab tiap negara bagian mempunyai pemerintahan masing-masing seperti juga di Amerika Serikat. Jadi, menurutnya, sama sekali tidak benar jika Republik Indonesia dipertahankan hanya kalau berbentuk negara kesatuan. Karena masalah sebenarnya adalah kepentingan, apakah kepentingan dari banyak orang terpelihara atau tidak. Dalam banyak kasus ternyata kepentingan lebih banyak orang akan semakin terpelihara jika negara berbentuk federal di mana kesatuan yang berpusat di Jakarta tidak diperlukan lagi.

Penyederhanaan nasionalisme menjadi sebentuk negara kesatuan adalah bermotif keinginan Jakarta mempertahankan hegemoni terhadap daerah. Lalu, mereka yang seakan-akan mau bebas dan tidak mau tunduk kepada Jakarta dianggap melawan nasionalisme. Padahal itu hanyalah pengatasnamaan seakan-akan Jakarta adalah seluruh Republik Indonesia dan dimaksudkan untuk mendapatkan untung bagi sebagian elit di Jakarta.

Amandemen Undang-undang Dasar 1945 dalam kacamata Arief Budiman umumnya adalah memperbaiki yang lama. Seperti pemilihan presiden langsung suatu hal yang baik masalahnya presiden hanya bisa dicalonkan oleh partai sehingga beresiko menimbulkan oligarki. Harusnya ada juga peluang untuk pencalonan presiden, gubernur, dan bupati secara independen. Adalah kemajuan bahwa presiden dipilih oleh rakyat secara langsung tetapi buntutnya masih dipegang oleh orang-orang yang punya vested interest dalam partai.

Kemajuan lain amandemen adalah dihapuskannya wakil militer di parlemen sejak tahun 2004. Militer yang seharusnya profesional itu jika ingin berpolitik maka berpolitiklah secara pribadi. Piagam Jakarta terutama Pasal 29 UUD 1945 tentang agama dalam pengertian yang sesungguhnya adalah tidak terjadi kemunduran karena yang dipertahankan adalah yang lama. Arief menyimpilkan secara keseluruhan terjadi progresi dalam amandemen sehingga bisa memberikan tambahan optimisme.

Dia menyebutkan pada dasarnya konstitusi harus selalu diperbaharui dan yang berhak menentukan perubahan itu harus rakyat sendiri misalnya melalui semacam referendum khusus untuk hal-hal yang kontroversial. Konstitusi merupakan sesuatu yang dinamis dan mencerminkan kepentingan rakyat pada kurun waktu tertentu. Kepentingan bisa berubah karena waktu dan tempat juga berubah demikian pula lingkungan ikut berubah.

UUD 45 yang dibuat oleh para pendiri bangsa belum tentu cocok untuk keadaan selanjutnya. UUD 45 dibuat masih dalam keadaan kacau dan darurat sehingga sangat dibutuhkan pemerintahan yang kuat. Demikian pula soal hal asasi manusia belum dimasukkan karena sesungguhnya deklarasi HAM baru keluar tahun 1948 sehingga baru masuk dalam Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang sudah tidak digunakan.

Arief menilai penolakan terhadap negara federal dahulu terjadi pada zaman Republik Indonesia Serikat (RIS) sebab ide federal dipakai oleh Belanda hanya sebagai alat pemecah-belah berbeda dengan jika sekarang yang dibuat oleh bangsa sendiri Belanda-nya saja sudah tidak ada lagi. Tentang federal, menurut Arief antara Megawati dengan militer setara punya mitos-mitos yang tidak bisa ditawar tanpa penjelasan yang baik.

Arief Budiman berpendapat bahwa rumusan umum nasionalisme adalah tatkala semua pihak mengutamakan kepentingan bangsa di atas segalanya. Dalam definisi demikian apapun bisa masuk, semisal, jika negara kesatuan adalah sesuatu yang penting untuk mengembangkan bangsa maka itu adalah nasionalisme.

Demikian pula jika ada orang yang mengatakan bahwa negara federal akan lebih baik bagi kepentingan meningkatkan kesejahteraan semua sebagai bangsa maka itu juga nasionalisme. Seandainya harus berperang pun dengan Australia jika itu berguna untuk memperbaiki bangsa adalah nasionalisme juga. Tetapi jika semuanya tidak berguna maka menjadi tidak nasionalis. Nasionalisme adalah tujuan yang bisa dicapai dengan bermacam cara termasuk dalam hal amandemen konstitusi apakah perubahan itu baik bagi bangsa ini atau tidak.

Posisi nasionalisme dalam kasus pengusiran TKI dari negeri Malaysia, misalnya, menurut Arief Budiman kasusnya lebih banyak disebabkan karena kesalahan diplomasi serta kesemrawutan Departemen Luar Negeri dan pemerintah Indonesia mengurus warganya di luar negeri. Tanpa kata nasionalisme pun adalah kewajiban membela warga negara yang pergi sebagai orang miskin sebab tidak bisa hidup di negeri sendiri. Mestinya yang dipersoalkan kenapa orang-orang TKI itu cari makan di luar negeri yang lalu secara menyakitkan diusir oleh negara yang juga sama-sama mengalami kesulitan oleh karena kedatangan TKI itu. Kepada TKI itu kenapa tidak bisa diberikan pekerjaan.

Seiring dengan itu sebagai orang Salatiga Arief Budiman ikut pula merasakan sentimentil sejenis milik para TKI yang ingin pulang ke kampung halaman sebab merasa sudah capek berbicara bahasa Inggris terus-menerus bahkan hingga bermimpi pun memakai bahasa Inggris. Bagi dia Salatiga adalah tetap sebagai tanah air. Meskipun dia merasa bukan patriot bahkan jika harus merasa bukan Indonesia sekalipun bagi dia pun bukan masalah yang penting Salatiga adalah tetap sebagai tanah air.

Dia tetap ingin pulang ke Indonesia. Selain karena teman-temannya ada di Indonesia dia kalau ngomong berbahasa Indonesia dia rasakan lebih puas termasuk kalau ngomong lelucon atau ngomong jorok lebih plong rasanya sebab emosi keluar semua. Semua itu telah membuat dia rindu selalu terhadap Indonesia walau dia anggap itu bukanlah sebagai patriotisme atau nasionalisme. Tetapi karena dilahirkan di Indonesia, kecil diIndonesia, teman-temannya di Indonesia termasuk bahasa yang dia pakai ketika pertama kali menyatakan emosi adalah bahasa Indonesia memberi dia alasan untuk rindu Indonesia. Karenanya pada hari tua Arief Budiman akan lebih senang berada di Indonesia. Dia mempersilakan kalau sikapnya itu bisa disebut sebagai nasionalisme..

Perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia dilihat oleh Arief Budiman sebagai sebuah pergerakan sejarah yang tetap memberi harapan. Arief pernah mengalami hidup di zaman Soekarno demikian pula Soeharto termasuk masa reformasi. Jika pada zaman Soeharto saja dia masih punya harapan maka harapan itu menjadi lebih setelah sekarang Soeharto jatuh. Progresi yang terjadi dia lihat banyak sekali sehingga memberi harapan yang lebih besar daripada di masa Soeharto. Progresi yang terjadi itu misalnya pers yang bebas serta demokrasi yang mulai ada meskipun masih kacau. Sekarang segala sesuatunya menjadi lebih mungkin untuk terjadi hanya saja bangsa ini masih berada di tengah-tengah masalah yang masih segudang



BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838.

Di Indonesia sendiri, sebenarnya para raja dan pemimpin di Indonesia sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu pula para pujangga Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM .

Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada Universitas yang mngkhususkan sosiologi dalam suatu fakultas sendiri, namun telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas Sosial dan Politik UGM, UI dan UNPAD.

Banyak nama atau orang Indonesia yang menjadi ahli atau sosiolog besar dalam perkembangan sosiologi di Indonesi. Diantaranya adalah Prof. Dr. Selo Soemardjan, Prof Dr Paulus Wirutomo dan Arief Budiman


DAFTAR PUSTAKA

http://pengantar-sosiologi.blogspot.com/2009/04/bab-1-sejarah-perkembangan-sosiologi.html diakses tanggal 02 Februari 2010

http://id.wikipedia.org/wiki/Selo_Soemardjan diakses tanggal 02 Februari 2010

http://learning-of.slametwidodo.com/2008/02/01/struktur-ketergantungan-dan-moda-produksi/#more-70 diakses tanggal 02 Februari 2010

http://organisasi.org/definisi-pengertian-sosiologi-objek-tujuan-pokok-bahasan-dan-bapak-ilmu-sosiologi diakses tanggal 03 Februari 2010

http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/p/paulus-wirutomo/index.shtml diakses tanggal 03 Februari 2010

http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/arief-budiman/index.shtml diakses tanggal 03 Februari 2010

PENCEMARAN SUARA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita semua tahu, saat ini kita lebih banyak dieksploitasi dengan terlalu banyak suara lebih dari masa apapun dalam sejarah. Kehidupan modern sepertinya jadi perjuangan yang tak berkesudahan untuk melawan hiruk-pikuk yang kian meningkat. Saat berada di rumah, telinga kita diisi oleh riuhnya suara binatang peliharaan, suara AC, televisi, dan banyak hal lain. Saat berada di jalan, kita juga mendengar keriuhan lain: proyek pembangunan, suara kendaraan umum yang menderu dan musik yang dinyalakan orang lain.
Sekitar 16,8 persen dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan pendengaran pada 1996. Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia terhadap 20.000 orang di tujuh provinsi itu mencatat bahwa sekitar 38 juta penduduk Indonesia terganggu pendengarannya.
Melihat hasil penelitian dari berbagai ahli dan penemuan dalam kehidupan sehari–hari tentang dampak kebisingan atau pencemaran suara inilah seharusnya diambil langkah – langkah yang tepat untuk menanggulangi salah satu polusi yang dianggap tidak begitu berdampak dibanding dengan polusi air, tanah dan udara yang sekarang ini dengan jelas terlihat dalam kehidupan kita sehari–hari.
Dalam makalah ini penulis ingin menyajikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pencemaran suara. Selain itu, penulis juga akan menguraikan bagaimana cara untuk menanggulangi pencemaran suara yang efeknya secara tidak sadar telah menggangu kehidupan manusia.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas maka masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran suara?
2. Apa yang menyebabkan pencemaran suara?
3. Apa saja dampak dari pencemaran suara?
4. Bagaimana menanggulangi dampak pencemaran suara?

C. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi pencemaran suara.
2. Mengetahui sebab – sebab pencemaran suara.
3. Mengetahui dampak dari pencemaran suara.
4. Mengetahui cara menanggulangi dampak pencemaran suara.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Polusi / Pencemaran Suara
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya.
Jadi, pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan tidak menyenangkan. Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas bunyi melampui 70 desibel (dB).


B. Penyebab Pencemaran Suara
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Sifat polutan adalah:
1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat
lingkungan tidak merusak lagi.
2. Merusak dalam jangka waktu lama.
Dalam pencemaran suara, kebisingan yang dialami sehari – hari tanpa sadar merupakan faktor utama terjadinya pencemaran suara. Apalagi pada era modern seperti sekarang ini banyak sekali alat – alat yang menggunakan mesin yang berbunyi bising serta penggunaan gadget yang bisa memutar bunyi dengan earphone yang suaranya langsung mengenai gendang telinga tanpa ada perantara merupakan suatu hal yang beresiko mengakibatkan pencemaran suara.
Saat berada di rumah, telinga kita diisi oleh riuhnya suara binatang peliharaan, suara AC, televisi, dan banyak hal lain. Saat berada di jalan, kita juga mendengar keriuhan lain: proyek pembangunan, suara kendaraan umum yang menderu dan musik yang dinyalakan orang lain. Di kabin mobil, kapal laut, dan pesawat terbang menimbulkan suara mesin yang menderu. Juga di pabrik atau tempat kerja yang memakai kipas angin besar, kompresor, trafo, dan pompa. Di hotel, perkantoran, atau apartemen biasanya saluran udaranya mengeluarkan bising.
Sebagai contoh beberapa kebisingan yang menyebabkan kebisingan yang kekuatannya diukur dengan dB atau desibel adalah
1. Orang ribut / silat lidah = 80 dB
2. Suara kereta api / krl = 95 dB
3. Mesin motor 5 pk = 104 dB
4. Suara petir = 120 dB
5. Pesawat jet tinggal landas = 150 dB


C. Dampak Pencemaran Suara
Tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak. Menurut WHO, tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada
ekosistem lain.
2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan
menyebabkan sakit yang kronis.
3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya
sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam
lingkungan.
Menurut penelitian, musik berirama keras, hingga 'berlimpah ruah' berdampak dramatik pada psikologi. Selain berakibat merusak gendang pendengaran, menurut Dr. Luther Terry, mantan peneliti di Badan Bedah AS, yang melakukan penelitian adanya akibat negatif terkait suara yang bising, proses pendengaran melibatkan: kontruksi jantung, peredaran darah, meningkatkan kerja hati, pernafasan yang meningkat, menghambat penyerapan kulit dan tekanan kerangka otot, sistem pencernaan berubah, aktivitas yang berhubungan dengan kelenjar yang memberi pertanda pada zat-zat kimia dalam tubuh termasuk darah dan air seni, efek keseimbangan organ. Juga keseimbangan efek perasa dan perubahan kimia di otak. Itu semua merupakan sebagian dari efek suara bising pada manusia.
Terry juga mengungkapkan adanya efek negatif suara gaduh dalam perkembangan janin. Penelitian menemukan pula, kalau setelah terpapar suara berkekuatan tinggi, seperti suara pesawat yang tinggal landas atau tempat kerja yang sangat ramai, tekanan darah meningkat hingga 30%. Pengaruh negatif bertambah dengan adanya kenyataan tekanan darah meningkat dalam tingkat yang tinggi, bahkan saat paparan suara bising berakhir.
Mungkin Anda memilih untuk tak tinggal di dekat bandara agar tak terkena dampak buruk kebisingan lalu litas pesawat. Meski demikian, suara gaduh lain yang mungkin kita pertimbangkan secara moderat memang memiliki pengaruh. Sebuah penelitian di Jerman menemukan, bahwa tinggal di daerah yang bising dan jalanan yang sibuk memungkinkan mengakibatkan serangan jantung sebesar 20%, lebih tinggi dari pada orang-orang yang tinggal di daerah tenang.
Studi tersebut menghubungkan permasalahan dalam mendengarkan, juga dipengaruhi oleh kebisingan. Selain itu, suara gaduh juga dapat berpengaruh pada anak-anak dalam belajar bicara, membaca, dan dalam menangkap pelajaran di sekolah. Pengaruh yang sama juga telah didokumentasikan pada orang-orang yang tinggal di dekat bandara, dekat rel kereta api dan jalan besar. Ketidakmampuan untuk mendengar dan memahami segala yang diajarkan guru dapat diartikan sebagai kwalitas yang menyedihkan, dan bahkan dapat meningkatkan tingkat ketidaklulusan di sekolah.
Lebih jauh lagi, polusi suara juga membawa dampak pada tingkah laku anak-anak dan orang dewasa. Sebuah studi mengamati respon seorang pejalan kaki saat seseorang meminta bantuan di tempat yang gaduh. Sementara ditengah kebisingan suara mesin pemotong rumput yang meraung di sekitar, ada seseorang wanita yang patah tulang menjatuhkan bukunya, tak seorangpun datang untuk memberikan bantuan. Namun pada saat mesin pemotong rumput yang bersuara ribut dimatikan, dan kejadian yang sama diulang, beberapa pejalan kaki berhenti guna memberi bantuan pada wanita ini.
Dari uraian diatas, dampak pencemaran suara biasanya hanya menyebabkan gangguan–gangguan kecil yang tidak begitu dirasakan oleh makhluk yang tercemari. Pencemaran suara yang bersifat terus-menerus dengan tingkat kebisingan di atas 80 dB itulah yang dapat mengakibatkan efek atau dampak yang merugikan kesehatan manusia dan juga menimbulkan kerugian secara materi karena dengan kesehatan yang terganggu maka produktivitas kerja akan menurun.


D. Cara Menanggulangi Pencemaran Suara
Dari uaraian diatas tentang begitu berbahayanya pencemaran suara yang menyebabkan berbagai gangguan pada manusia, kini banyak digunakan sistem kendali bising yang aktif. Menurut Dr Ir Bambang Riyanto Trilaksono MSc, peneliti dan dosen pada Departemen Teknik Elektron, Institut Teknologi Bandung (ITB), secara konvensional bising diredam dengan memakai bahan-bahan peredam.
Bahan tersebut ditempatkan di sekitar sumber bising atau di dinding ruang yang intensitas bisingnya mau dikurangi. Sayangnya, kendali bising pasif hanya efektif pada frekuensi tinggi. Jika pada frekuensi rendah diterapkan sistem ini, bahan peredam yang dibutuhkan akan lebih berat dan tebal. "Ini meningkatkan biaya, bahkan kadang-kadang membuat sistem sulit diimplementasikan," kata Bambang.
Pada dasarnya pengendali bising aktif adalah peredam bising dengan menggunakan sumber suara yang dikendalikan dan melawan sumber bising yang tidak dikehendaki.
Bambang menjelaskan, prinsip yang digunakan dalam kendali bising aktif (active noise control/ANC) adalah interferensi destruktif antara bising dan suatu sinyal suara lain, lazimnya disebut antisound). Sistem ini membangkitkan sinyal yang fasanya berlawanan dengan bising yang mau diredam.
Meskipun sederhana dalam teori, prinsip ini sulit pada prakteknya. Penyebabnya karena karakteristik sumber bising akustik dan lingkungan selalu berubah terhadap waktu, frekuensi, amplitudo, dan fasa. Selain itu, kecepatan suara bising tidak stasioner.
Selain itu kini di perkantoran, hotel atau apartemen di kota – kota besar yang dekat dengan lalu lintas utama atau dekat bandara yang dirasa lingkungannya mempunyai kebisingan yang tidak bisa ditolerir oleh pendengaran manusia, maka Direktur Jendera Bina Marga sejak tahun 1999 mencanangkan bangunan peredam bising. Dimensi Bangunan Peredam Bising tersebut antara lain :
a. Tinggi minimal 2,75m (makin tinggi kemampuan redaman makin baik).
b. Tebal dinding minimal 10 cm.
Sedangkan Bahan bangunan peredam bisik
a. Penggunaan bahan untuk mereduksi bising adalah dari hasil olahan industri berupa beton ringan agregat yang disebut ALWA berupa konblok (masif) dengan komposisi campuran: Semen : Pasir : ALWA= 1 : 4 : 4
b. Dimensi konblok ALWA dapat dicetak menurut ukuran pabrik, sebagai berikut: (30 x 10 x 15) atau (30x15x15)cm
c. Bahan selain ALWA seperti Bata Merah atau Batako harus dengan rancangan khusus untuk memperoleh kemampuan redaman bising yang baik.
Secara terus menerus program ini terus disosialisasikan oleh pemerintah dalam upayanya mengurangi polusi suara
Kebijakan yang sudah diambil oleh pemerintah dalam menanggulangi polusi suara dan polusi udara adalah mengendarai mobil dengan sistem 3 in 1 yaitu dalam satu mobil minimal harus diisi dengan 3 orang, agar keributan yang terjadi akibat kemacetan, asap dan desing suara mesin tidak terlalu memadati jalan raya. Selain itu yang perlu dilakukan pemerintah adalah mengurangi penjualan kendaraan bermotor, karena hal ini merupakan salah satu pemacu terjadinya kebisingan di jalanan. Karena melihat kenyataan sekarang ini, setiap individu tidak lepas dari kendaraan bermotor.
Dari setiap individu pun kesadaran akan pentingnya pengurangan polusi suara harus lebih digalakkan. Misalnya dengan tidak terlalu banyak memakai alat elektronik yang menimbulkan suara bising, tidak berteriak dalam berbicara atau tidak mendengarkan musik dengan earphone dengan sangat keras. Karena secara tidak langsung hal itu bisa mengurangi kelelahan otak dalam mendengar.
Dari pabrik atau lembaga–lembaga penemuan teknologi baru, seharusnya memikirkan juga tentang efek samping terhadap mesin yang menimbulkan suara gaduh. Pihak produsen seharusnya memasang peredam suara dalam setiap poduknya sehingga kebisingan dapat diminimalisir.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehidupan modern sepertinya jadi perjuangan yang tak berkesudahan untuk melawan hiruk-pikuk yang kian meningkat. Dimanapun kita berada kita selalu mendengar kebisingan yang secara tidak sadar juga mengganggu kinerja tubuh kita. Walaupun tidak begitu mendapat perhatian seperti 3 pencemaran lain, pencemaran suara merupakan suatu yang sangat penting untuk dikaji karena dampaknya kian hari kian terlihat.
Banyak gangguan yang diakibatkan oleh pencemaran suara diantaranya mulai dari konsentrasi yang kurang sampai meninggal akibat kebisingan yang diterima dalam jangka waktu yang lama dan secara tidak langsung mengajak otak untuk mengubah cara kerja organ tubuh.

B. Saran
Untuk meminimalisir polusi suara ini ada berbagai cara yang bisa dilakukan yaitu dengan meredam bising yang tidak diinginkan dengan suara yang menenangkan, pembangunan bangunan peredam bising, meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor, peralatan elektronik dan pemberian peredam suara oleh pabrik untuk produknya yang dirasa menimbulkan kebisingan yang melewati ambang batas pendengaran manusia.


DAFTAR PUSTAKA

http://gurungeblog.wordpress.com/2009/01/13/polusi-atau-pencemaran-lingkungan/ diakses 21 Januari 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/Polusi_suara diakses 21 Januari 2009

http://organisasi.org/pengertian_definisi_arti_efek_dampak_dan_penyebab_pencemaran_suara_pada_pencemaran_lingkungan_hidup_dan_tubuh_manusia diakses 23 Januari 2009

http://www.kapanlagi.com/a/dampak-buruk-dan-dampak-baik-suara-i.html diakses 23 Januari 2009

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/23/16481222/Awas.Bising.Mengganggu.Pendengaran diakses 24 Januari 2009

http://www.google.co.id/#hl=id&q=PEDOMAN+PERENCANAAN+TEKNIK+BANGUNAN+PEREDAM+BISING&meta=&aq=f&oq=PEDOMAN+PERENCANAAN+TEKNIK+BANGUNAN+PEREDAM+BISING&fp=5be454f7189800bf diakses 24 Januari 2009

TEKSTIL CINA DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk asal China mengancam jaringan perdagangan tekstil nasional yang telah dibangun sejak puluhan tahun lalu. Intervensi produk China menyebabkan industri tekstil dan produsen garmen nasional mati satu per satu setelah kehilangan pasar di dalam negeri.

Demikian kesimpulan Kompas setelah menelusuri perdagangan tekstil di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Khusus di Gedung Blok A Pasar Tanah Abang, sebagian besar barang yang dijual secara grosir berasal dari China. Keberadaan produk tekstil asal China telah menggusur produk tekstil dan garmen nasional yang sebenarnya sudah memiliki jaringan kuat hingga ke pelosok Tanah Air. Peran tekstil dan garmen nasional memudar karena pasar di dalam negeri direbut oleh produk China.

Fenomena inilah yang menjadi perhatian penulis untuk menulis makalah ini karena keprihatinan oleh gencarnya produk Cina yang mengancam industri dan perdagangan tekstil lokal. Bagaimanakah keberlangsungan tekstil dalam negeri jika masalah ini tidak segera diatasi dan diperhatikan, bukan hanya oleh pemerintah dan orang – orang yang bergerak dalam bidang tekstil. Tapi juga oleh seluruh masyarakat Indonesia yang merupakan konsumen tekstil dan mempunyai peran yang besar dalam penentuan kehidupan tekstil Indonesia kedepannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas maka masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :

  1. Bagaimana prosedur atau cara masuknya tekstil Cina sampai ke Indonesia?
  2. Bagaimana perdagangan tekstil Cina di pasaran Indonesia?
  3. Apa dampak yang ditimbulkan oleh tekstil Cina bagi tekstil dalam negeri?
  4. Apa cara yang harus dilakukan untuk menghadapi gempuran tekstil Cina?

C. Tujuan Penulisan

Dalam makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

  1. Mengetahui prosedur atau cara masuknya tekstil Cina sampai ke Indonesia?
  2. Mengetahui perdagangan tekstil Cina di pasaran Indonesia.
  3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh tekstil Cina bagi tekstil dalam negeri.
  4. Mengetahui cara yang harus dilakukan untuk menghadapi gempuran tekstil Cina.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Masuknya Tekstil Cina Ke Indonesia

Masuknya produk tekstil dari Cina yang sekarang ini marak mengisi pasar–pasar baik modern maupun tradisional sempat meresahkan banyak pedagang, pekerja dan pengusaha tekstil Indonesia. Ada beberapa cara barang tekstil Cina berharga murah tersebut bisa sampai di Indonesia salah satunya adalah pelaksanaan ACFTA 2010.

Pelaksanaan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) 2010 mulai berlaku sejak 1 januari 2010. ACTA menggunakan prinsip perdagangan bebas, Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.

Pemerintah telah membangun kesepakatan internasional dengan cina terkait dengan area perdangan bebas antara Cina dan Negara-negara ASEAN, atau yang kita sering sebut dengan China-Asean Free Trade Aggrement (CAFTA). Kesepakatan tersebut dilakasanakan oleh Pemerintah di Bandar Seri Begawan, Brunei, pada tanggal 6 November Tahun 2001 silam. Logika kesepakatan perdagangan bebas yang dibangun dengan Cina tersebut, tidak lebih dari upaya Negara-negara maju dalam memperluas pangsa pasar produknya, yang mana disisi lain justru mematikan indsutri domestic Negara berkembang. Pemerintah ketika itu melontarkan 3 (tiga) alasan utama mengapa kesepakatan CAFTA ini diambil, yakni : Pertama, penurunan dan penghapusan tarif serta hambatan nontarif di China membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan volume dan nilai perdagangan ke negara yang penduduknya terbesar dan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Kedua, penciptaan rezim investasi yang kompetitif dan terbuka membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi dari China. Dan Ketiga, peningkatan kerja sama ekonomi dalam lingkup yang lebih luas membantu Indonesia melakukan peningkatan capacity building, technology transfer,dan managerial capability.

Jauh sebelum perjanjian itu terlaksana, pada kenyatannya tekstil Cina sudah mulai membanjiri pasar dalam negeri. Masuknya barang–barang tersebut ke Indonesia baik melalui impor legal dan impor ilegal.

Penyelundupan tekstil tampaknya makin seperti lampu merah. Menurut asosiasi pertekstilan indonesia (API), menjelang lebaran 2009 kemarin saja sudah 200 kontainer berisi produk tekstil diselundupkan, sehingga menimbulkan kerugian negara sekitar Rp. 100 miliar. Bahkan, setealh itu ditemukan bahwa di pelabuhan cina dan singapura, sebanyak 197 kontainer tekstil ilegal siap diberangkatkan ke indonesia.

Data berdasarkan hasil penyelidikan API yang dilansir belum lama itu tentu sangat memprihatinkan. Dengan gampangnya, gelombang demi gelombang tekstil selundupan menerjang pelabuhan Indonesia, untuk kemudian bertebaran di pasar domestik. Perkembangan ini jelas bisa menghancurkan produksi tekstil dalam negeri.

Sudah begitu, modus penyelundupannya pun kian bervariasi. Contohnya, kasus penyelundupan tiga kontainer berisi tekstil yang baru-baru ini dibongkar pihak Bea dan Cukai Merak, Banten. Produk tekstil sebanyak 22 koli dan 97 rol dari Korea itu ternyata dicampur dengan barang yang dikatakan diimpor secara pribadi. Ada lagi beberapa kasus penyelundupan tekstil yang masuk melalui Pelabuhan Belawan, Batam, dan Tanjung Balai Karimun. Semua tekstil selundupan berasal dari Singapura, Korea, dan terutama Cina, tutur Toto Dirgantoro staf Ahli Kepelabuhan dan Kepabeanan di API.

B. Perdagangan Tekstil Cina Di Indonesia

Sebagai tahap awal para importir China akan mengincar pasar tekstil di Jakarta (Tanah Abang) dan Surabaya (Pasar Turi). Sedangkan yang menyedihkan lagi, sampai saat ini para produsen tekstil Indonesia masih belum melakukan apa-apa, termasuk melakukan penjajakan agresif di pasar China. Importir Cina akan membuat basis di dua kota yaitu Surabaya yang memasok tekstil untuk wilayah timur Indonesia dan Jakarta yang memasok tekstil untuk wilayah barat Indonesia,

Selain itu, para produsen (importir) tekstil China akan melakukan dukungan dana atau pembiayaan bagi para pedagang yang akan menjual produk-produk tekstil asal China di kawasan Tanah Abang. Jadi akan sulit dihindari produk China membanjiri pasar Tanah Abang sebagai salah satu sentra pasar tekstil terbesar itu.

Bahkan, produk tekatil buatan China saat ini sudah masuk ke bursa penjualan tekstil Pasar Klewer dan Pusat Grosir Solo (PGS) yang merupakan pusat perdagangan tekstil terbesar di Jawa Tengah. Sekarang ini kedua pusat perdagangan tekstil itu sudah diserbu tekstil produk China.

Jadi, saat ini pasar domestik benar – benar dipenuhi oleh barang tekstil dari Cina yang berharga lebih murah. Persaingan yang ketat akan terus terjadi dalam perdagangan tekstil di seluruh Indonesia karena sentra–sentra perdagangan tekstil mulai diincar dan diduduki oleh importir Cina.

C. Dampak Tekstil Cina Bagi Tekstil Dalam Negeri

Harga yang lebih murah memang terasa menggiurkan bagi konsumen tekstil di Indonesia. Apalagi dengan bahan atau model–model yang bagus juga mendorong cepatnya penjualan tekstil cina di indonesia. Apalagi didukung dengan diberlakukannya ACFTA yang tidak memungut biaya impor sama sekali semakin meramaikan produk Cina dipasaran lokal. Tapi apakah industri nasional mampu bertahan dengan serbuan produk-produk Cina yang lebih murah dari produk lokal?

"Bombardir" produk China yang bebas masuk ke Indonesia lebih banyak mendatangkan kerugian daripada keuntungan. Khususnya bagi para pelaku industri lokal.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Ninasapti Triaswati, mengatakan bahwa pasar bebas ini tak sepenuhnya mendatangkan keuntungan. Untuk beberapa sektor industri, kerja sama ini justru mengancam. Ia menekankan, angka ekspor yang lebih rendah dibandingkan impor selama 5 tahun terakhir turut menjadi faktor yang meresahkan. "Rendahnya nilai ekspor dibandingkan impor cukup mengkhawatirkan ketika kita masuk ke area pasar bebas," ujar Nini, pada diskusi mingguan Trijaya "ASEAN-China Free Trade Area" di Jakarta, Sabtu (9/1/2010).

Industri manufaktur, menurut Nina, merupakan sektor industri yang paling terancam. Mengapa? Industri seperti tekstil, garmen, dan alas kaki dikenal sebagai sektor padat karya yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak. Dengan gempuran produk China yang cenderung lebih murah, hal itu dikhawatirkan justru mematikan produk lokal. Biaya produksi di Indonesia tergolong tinggi sehingga harga pasar pun lebih tinggi dibandingkan harga produk China. Sehingga kalangan industri lokal yang menengah ke bawah merasa resah dengan fenomena ini.

Keresahan itu sangat beralasan. Pasalnya, harga jual produk tekstil China memiliki selisih lebih murah sekitar 15 persen ke atas dibandingkan harga produk lokal. Oleh sebab itu, jika kondisi itu berlangsung terus menerus, ke depan dipastikan industri tesktil lokal akan gulung tikar.

Setali tiga uang dengan kondisi tersebut, industri tekstil besar yang menjual produknya ke pasar ekspor juga akan mengalami persaingan yang semakin lebih ketat dari negara lain. Baik, persaingan harga, kualitas, biaya produksi maupun lainnya.

Produk asal China mengancam jaringan perdagangan tekstil nasional yang telah dibangun sejak puluhan tahun lalu. Intervensi produk China menyebabkan industri tekstil dan produsen garmen nasional mati satu per satu setelah kehilangan pasar di dalam negeri.

Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) DKI Jakarta Hasan Basri menyayangkan jika jaringan tekstil nasional rusak akibat produk impor China. Mata rantai produk garmen nasional dibangun dengan sistem konsinyasi mulai dari hulu dan terikat berdasarkan asas kepercayaan sejak puluhan tahun.

”Jaringan tekstil nasional sangat istimewa karena pedagang bisa melakukan bisnis tanpa modal, cukup dengan kepercayaan. Semua perdagangan tekstil di hilir dibiayai oleh industri tekstil dengan memberikan konsinyasi selama empat bulan,” ujar Hasan.

Ia menambahkan, dahulu pengusaha tekstil memberikan bahan kepada produsen garmen dengan waktu pembayaran empat bulan. Kemudian, pengusaha garmen menyerahkan barang ke Pasar Tanah Abang dengan jangka waktu pembayaran dua bulan. Barang mengalir ke pasar di daerah dengan pembayaran dalam jangka waktu satu bulan.

Jadi, jaringan industri tekstil di Indonesia sangat kuat tanpa memerlukan dana segar. Akan tetapi, begitu tekstil China masuk, mulai berlaku hukum rimba sehingga hanya pedagang bermodal kuat yang bisa bertahan.

Jaringan bisnis impor dari China dilakukan dengan pola pembayaran tunai. Saat ini pedagang yang tetap bertahan di jalur garmen lokal lebih karena ketiadaan modal. Nilai bisnisnya pun dari tahun ke tahun terus menurun.

Imbasnya bukan hanya mengenai pedagang yang ada dipasar – pasar besar yang menjadi sentra tekstil di Indonesia tapi juga mempengaruhi seluruh pedagang dalam negeri terutama dari pihak pengusaha tekstil serta ribuan tenaga kerjanya juga terancam kehilangan pekerjaan.

Jadi, secara tidak sadar keikutsertaan pemerintah Indonesia dalam perjanjian ACFTA sangat merugikan masyarakat Indonesia sendiri dan tidak berprinsip pada ekonomi kerakyatan yang dijadikan patokan pemerintah Indonesia dalam kebijakan ekonominya.

D. Cara Menghadapi Serbuan Tekstil Cina

Masuknya tekstil Cina secara ilegal, sudah menjadi perhatian pihak bea Cukai sejak lama. Dalam program kerjanya, mereka telah menerjunkan tim – tim yang mengawasi pelabuhan di seluruh Indonesia terutama pelabuhan yang berpontensi besar memasukkan barang – barang ilegal. Namun tetap saja para importir ilegal tersebut lebih cerdik dibanding para petugas Bea Cukai. Pemalsuan tanda tangan petugas yang jabatannya lebih tinggi menjadi salah satu cara mereka mengelabui petugas di pelabuhan. Selain itu penggunaan nama fiktif perusahaan importir juga salah satu cara mereka untuk berkelit dari kasus hukum jika terjadi penangkapan di pelabuhan atau razia di kelautan Indonesia. Penegakan oknum–oknum dan peningkatan pengamanan di pelabuhan merupakan salah satu cara mengurangi masuknya barang tanpa izin.

Selain itu, dengan diberlakukannya ACFTA yang menjadikan 0% biaya impor produk Cina juga harus dikaji ulang oleh pemerintah Indonesia untuk mengadakan perjanjian ACFTA atau perjanjian lain yang serupa dengan ini. Karena tujuan–tujuan pemerintah dengan penandatangan perjanjian ini seperti yang ditulis diawal menyimpang dari kenyataan yang terjadi di lapangan.

Tujuan Pertama yaitu penurunan dan penghapusan tarif serta hambatan nontarif di China membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan volume dan nilai perdagangan ke negara yang penduduknya terbesar dan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia ternyata tidak sesuai yang diharapkan, yang terjadi malahan produk Cina yang membanjiri perdagangan tekstil di Indonesia karena bagi Cina, Indonesia merupakan pasar yang bagus karena penduduk yang banyak dan konsumtif untuk memasarkan produksi mereka yang melimpah.

Kedua, penciptaan rezim investasi yang kompetitif dan terbuka membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi dari China. Investasi yang diharapkan ditanam di Indonesia dan bisa menyerap tenaga kerja justru tidak terlaksana. Karena barang – barang yang diimpor ke dalam negeri merupakan barang jadi yang tinggal dipasarkan. Jadi manfaat investasi yang diharapkan pemerintah Indonesia ternyata malah merugikan sektor industri dan perdagangan lokal dengan modal terbatas.

Dan Ketiga, peningkatan kerja sama ekonomi dalam lingkup yang lebih luas membantu Indonesia melakukan peningkatan capacity building, technology transfer,dan managerial capability. Untuk tujuan ketiga ini mari kita menunggu apa yang akan terjadi dengan pembangunan, teknologi dan manajemen untuk kemajuan industri dan perdagangan dalam negeri.

Selain dari faktor pemerintahan, dari pihak pengusaha dan pedagang lokal seharusnya lebih mawas diri. Kalau dari tenaga kerja kita memang murah, tapi dari bahan baku tekstil cenderung lebih mahal dari Cina. Oleh sebab itu, dari pihak produsen bahan baku sampai pedagang produk jadi yang hanya sebagai pengecer juga harus dibenahi strukturnya. Penciptaaan inovasi dalam model, motif dan bahan tekstil juga sangat diperlukan. Agar tercipta ketahanan nasional dalam bidang pertahanan tesktil yang mumpuni sehingga tekstil lokal tidak mudah goyah.

Selain itu, dari pihak konsumen yaitu masyarakat Indonesia harus pintar dalam memilih produk yang akan dipakai. Pemikiran lebih panjang dalam memilih produk lokal walaupun dengan harga yang sedikit lebih mahal tetapi menjadi penolong bagi ekonomi indonesia juga perlu diperhatikan. Sehingga program cinta produk dalam negeri tidak hanya menjadi slogan dala iklan dan kampanye di televesi tetapi penerapannya juga harus digalakkan. Dengan cara itu, dengan sendirinya produk lokal akan kembali menguasai pasar dan bisa mengikuti persaingan perdagangan bebas yang terlanjur disetujui.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masuknya produk tekstil dari Cina yang sekarang ini marak mengisi pasar–pasar baik modern maupun tradisional sempat meresahkan banyak pedagang, pekerja dan pengusaha tekstil Indonesia. Ada beberapa cara barang tekstil Cina berharga murah tersebut bisa sampai di Indonesia salah satunya adalah pelaksanaan ACFTA 2010.

Sebagai tahap awal para importir China akan mengincar pasar tekstil di Jakarta (Tanah Abang) dan Surabaya (Pasar Turi). Sedangkan yang menyedihkan lagi, sampai saat ini para produsen tekstil Indonesia masih belum melakukan apa-apa, termasuk melakukan penjajakan agresif di pasar China. Importir Cina akan membuat basis di dua kota yaitu Surabaya yang memasok tekstil untuk wilayah timur Indonesia dan Jakarta yang memasok tekstil untuk wilayah barat Indonesia. Tak ketinggalan Pasar Klewer yang merupakan sentra tekstil di Jawa Tengah juga diserbu produk tekstil Cina. banyak masalah dan kekhawatiran yang timbul akibat perdagangan bebas ini.

B. Saran

Karena pemerintah telah memberanikan diri mengikuti perdagangan bebas ini maka yang harus dilakukan adalah melakukan pertahanan dari dalam negeri yaitu para pelaku perekonomian itu sendiri terutama oleh industri dan pedagang tekstil. Dan yang tak kalah pentingnya, konsumen juga harus memilih produk lokal untuk tetap mempertahankan ekonomi dalam negeri.



DAFTAR PUSTAKA

http://review-a001.blogspot.com/2010/01/asean-china-free-trade-agreement-acfta.html diakses tanggal 26 Januari 2010

http://www.majalahtrust.com/verboden/debat/441.php diakses tanggal 26 Januari 2010

http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=CVNWCwZSDgEG diakses tanggal 27 Januari 2010

http://reposaja.blogspot.com/2010/01/tekstil-china-mulai-banjiri-pasar.html diakses tanggal 27 Januari 2010

http://www.mail-archive.com/tionghoa-net@yahoogroups.com/msg08937.html diakses tanggal 27 Januari 2010

http://www.inilah.com/berita/ekonomi/2009/12/03/201441/china-incar-tanah-abang-dan-turi/ diakses tanggal 29 Januari 2010

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/01/09/10134596/Produk.China.Bombardir.Indonesia..Apa.Kabar.Produk.Lokal diakses tanggal 29 Januari 2010